Sabtu, 27 Februari 2010

Sebab - sebab tidak Diterimanya Do'a

Suatu ketika Ibrahim bin Adham rahimahullah (seorang ulama zuhud zaman pasca tabiin) lewat di sebuah pasar kota Basrah. Orang-orang pun mengerumuninya kemudian bertanya , "Wahai Abu Ishaq (kinayah dari Ibrahim bin Adham) mengapa setiap kali kami berdo’a, do’a kami tidak dikabulkan?" Ibrahim bin Adham menjawab, "Karena hati kalian sudah mati oleh 10 perkara :

  1. kalian mengetahui (hak-hak) Allah tetapi kalian tidak menunaikan hak-hak tersebut.

  1. kalian mengira bahwa kalian mencintai Rasulullah Sahalallahu 'alaihi wasallam tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.

  1. kalian membaca Al-Quran tetapi kalian tidak mengamalkan isinya.

  1. kalian mendapatkan ni’mat dari Allah tetapi kalian tidak mensyukurinya.

  1. kalian mengatakan bahwa syaithan adalah musuh kalian tetapi kalian tidak memusuhinya.

  1. kalian mengatakan bahwa surga adalah haq (benar adanya) tetapi kalian tidak berbuat untuk mencapai surga itu.

  1. kalian mengatakan bahwa neraka adalah haq (benar adanya) tetapi kalian tidak menjauhkan diri darinya.

  1. kalian mengatakan bahwa kematian adalah haq (benar adanya) tetapi kalian tidak bersiap menghadapinya.

  1. kalian sibuk mencari-cari aib orang lain tetapi kalian melupakan aib diri kalian sendiri.

  1. kalian ikut menguburkan jenazah orang-orang yang meninggal tetapi kalian tidak mengambil pelajarannya”.

Rabu, 24 Februari 2010

Sebab-sebab Allah Subhanahu wa Ta'ala Mengampuni Dosa-dosa Hamba-Nya

Dari Anas bin Malik ra., dia berkata, "Aku telah mendengar Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, ''Allah Ta'ala berfirman :
'Wahai Anak Adam (manusia)! Sesungguhnya apa yang kamu minta dan harapkan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni dosa-dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai Anak Adam! Andaikata dosa-dosamu mencapai awan di langit (sejauh mata memandang ke langit), kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu.
Wahai Anak Adam! Sesungguhnya, andaikata kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa (kecil) sepenuh isi bumi, kemudian kamu bertemu dengan-Ku (mati dengan memohon ampun dan tanpa berbuat syirik), tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangkan ampunan kepadamu sepenuh isinya pula".
(HR. At-Tirmidzi, dia berkata : Hadits Hasan)

APAKAH ALLAH ITU ADA ?

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, kyai, ustadz atau siapa pun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan seorang ustadz yang dimaksud pemuda itu.

Pemuda : Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
Ustadz : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.
Pemuda : Anda yakin? Padahal Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Ustadz : Saya akan mencoba menjawab sejauh kemampuan saya.
Pemuda : Saya punya 3 buah pertanyaan,
1. Kalau memang Allah itu ada, tunjukan wujud Allah kepada saya
2. Apakah yang dinamakan takdir
3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api? Tentu tidak menyakitkan buat syetan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Allah tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba Ustadz tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras.
Pemuda (sambil menahan sakit) : Kenapa anda marah kepada saya?
Ustadz : Saya tidak marah... Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya
Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Ustadz : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda : Tentu saja saya merasakan sakit.
Ustadz : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda : Ya...
Ustadz : Tunjukan pada saya wujud sakit itu !
Pemuda : Saya tidak bisa.
Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan keberadaan Allah tanpa mampu melihat wujudnya.

Ustadz : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda : Tidak.
Ustadz : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
Pemuda : Tidak.
Ustadz : Itulah yang dinamakan Takdir.

Ustadz : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda : Kulit.
Ustadz : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda : Kulit.
Ustadz : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda : Sakit.
Ustadz : Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Allah berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syeitan.

Sahabat... Dari hati yang paling dalam, dari diri sahabat masihkan meragukan akan adanya Allah ???
Semoga kita semua mendapatkan Rahmat-NYA ...... Amiin

Kyai dan Ayam

Selepas Isya’, setelah merasa cukup memberikan pengajian selama bertahun-tahun pada santrinya, seorang Kiyai memberikan santrinya masing-masing seekor ayam. Kiyai berpesan, “terimalah ayam ini, lalu semblihlah ditempat, dimana tidak ada yang bisa melihat apa yang kamu lakukan.”

Subuh itu udara cukup dingin, namun Kiyai dan para santrinya sudah berkumpul di Langgar. Selepas shalat subuh berjama’ah, Kiyai bertanya perihal ayam yang diberikannya itu. Seorang santri senior meminta ijin berbicara, “Kiyai, saya sudah jalankan pesan Kiyai untuk menyemblih ayam itu di tempat yang tak bisa ada yang melihat saya menyemblih ayam itu.”

Kiyai tersenyum, “Dimana kamu semblih?”

Santri menjawab, “Di belakang sumur, malam tadi tepat jam 12.00″

“Kamu yakin tak ada yg melihat perbuatan itu?,” tanya Kiyai lagi.

“Yakin….a’inul yakin, Kiyai, saya sudah periksa berulang kali tempat itu dan sudah sangat berhati-hati” jawab santri dengan takzimnya.

Kiyai menghela nafas. Dia tatap seluruh santrinya. Lalu dengan perlahan dia bertanya, “Bagaimana dengan yang lain?” Satu-satu melaporkan “tempat rahasia” mereka saat menyemblih ayam tersebut.

Kiyai sekali lagi menghela nafas. Dengan suara berat, Kiyai berkata, “Kalian semua tidak lulus…. berbulan-bulan aku mengajarkan Islam kepada kalian, sayang, kalian tak mampu menangkapnya dengan baik. Ketika kalian merasa telah menemukan suatu tempat rahasia, dimana tak ada yang bisa melihat perbuatan kalian, kalian lupa, wahai anak-anakku, bahwa sungguh tak ada tempat di dunia ini yang lepas dari pengamatan Allah!” “Ketika kalian semblih ayam itu, tak sadarkah kalian bahwa Allah melihat perbuatan itu.”

Saya menghela nafas mengingat kembali kisah di atas. Betapa sering kita lupa bahwa Allah selalu melihat dan mengetahui perbuatan kita. Ketika kita “semblih” nasib bawahan kita, kita lupa bahwa Allah melihat perbuatan kita. Ketika kita berhasil meloloskan diri dari kecurigaan isteri untuk berdua-duaan saja dengan wanita yang bukan hak kita di sebuah motel selama berjam-jam, kita lupa bahwa Allah tak bisa kita kelabui.

Ah.. bisakah kita ,melepaskan diri dari "mata" Allah, bisakah kita menemukan suatu tempat rahasia, dimana tak ada yang bisa melihat apa yang kita lakukan...?????

YA ALLAH AMPUNI KAMI...!!!

Pelajaran Berharga dari Gadis Kecil

Seorang gadis kecil pulang dari sekolah. Setibanya di rumah, ibunya melihat anak putrinya dirundung kesedihan. Maka ia pun bertanya kepada putrinya itu tentang sebab kesedihannya.

Anak: “Aduhai ibuku, sesungguhnya ibu guru telah mengancam akan mengusirku dari sekolah karena pakaian panjang yang kupakai.”

Ibu: “Tetapi itu adalah pakaian yang dikehendaki oleh Allah, wahai putriku.”

Anak: “Benar, wahai ibu, akan tetapi ibu guru tidak menghendakinya.”

Ibu: “Baiklah, wahai putriku, guru itu tidak menghendaki, tetapi Allah meng­hendakinya. Lalu siapakah yang akan kamu taati? Apakah kamu akan mentaati Allah yang telah menciptakanmu dan membentukmu, serta yang telah mengaruniakan kenikmatan kepadamu? Ataukah kamu akan mentaati seorang makhluk yang tidak mampu memberikan manfaat dan madharat kepada dirinya?”

Anak: “Sesungguhnya saya akan taat kepada Allah.”

Ibu: “Bagus, wahai putriku, kamu tepat sekali.”

Pada hari berikutnya, gadis kecil itu pergi dengan mengenakan baju yang panjang. Tatkala ibu guru melihatnya, ia langsung mencela dan memarahinya dengan keras. Gadis kecil itu tidak mampu memikul amarah tersebut, ditambah lagi oleh pandangan teman-teman perempuannya yang mengarah kepadanya.

Tidak ada yang ia lakukan selain berteriak menangis. Kemudian, gadis kecil itu mengeluarkan kata-kata yang besar maknanya meski sedikit jumlahnya, “Demi Allah, saya tidak tahu siapa yang akan saya taati, anda ataukah Dia?”

Ibu guru itu pun bertanya, “Siapakah Dia itu?”

Anak itu menjawab, “Allah. Apakah saya harus taat kepada anda, sehingga saya mesti memakai pakaian seperti yang engkau kehendaki, tetapi saya berbuat maksiat kepada-Nya. Ataukah saya mentaati-Nya dan tidak mentaati engkau? Ah, biarlah saya akan mentaati-Nya saja, dan apa yang terjadi terjadilah.”

Aduhai, betapa agungnya kalimat yang keluar dari mulut si kecil itu. Sebuah kalimat yang menampakkan wald (ketaatan) yang mutlak kepada Allah -Subhanahu wa ta'ala-. Gadis kecil itu bertekad untuk berpegang kuat dan taat ke­pada perintah Dzat Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa

Akan tetapi….apakah bu guru itu hanya berdiam saja darinya?

Ibu guru itu meminta dipanggilkan ibu si anak kecil tersebut. Apa yang ia inginkan darinya?

Maka datanglah si ibu itu…

Ibu guru berkata kepada ibu anak kecil itu, “Sesungguhnya putri anda telah menasihatiku dengan nasihat paling besar yang pernah aku dengar di sepanjang hidupku.”

Benar, ibu guru telah mengambil pelajaran dan nasihat dari murid kecilnya. Ibu guru yang mengajarkan pendidikan dan telah mengambil bagian yang besar dari ilmu.

Seorang guru yang ilmunya tidak dapat menghalanginya untuk mengambil nasihat dari seorang gadis kecil yang mungkin seusia dengan putrinya.

Salam penghormatan, semoga terlimpahkan kepada guru ini. Salam peng­hormatan juga untuk gadis kecil yang telah memberikan pendidikan Islamiyah dan telah berpegang kepadanya.

Salam penghormatan untuk sang ibu yang telah menanamkan dalam diri putrinya rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Seorang ibu yang yang telah mengajarkan kepada putrinya rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Wahai ibu-ibu muslimah, di depan anda lah anak-anak anda. Mereka seperti adonan tepung. Anda bisa membentuknya sebagai-mana yang anda kehendaki, maka bersegera-lah untuk membentuk mereka dengan bentuk yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Ajarkanlah shalat kepada mereka
Ajari mereka ketaatan kepada Allah
Ajari mereka untuk bisa tetap tegar dan kokoh di atas kebenaran
Ajarkanlah semua itu kepada mereka, sebelum mereka menginjak usia baligh.

Karena jika pada saat mereka masih kecil tidak mendapatkan pendidikan yang baik, maka sesungguhnya anda sekalian akan menyesal dengan penyesalan yang besar, karena mereka akan menjadi anak-anak yang menyimpang pada saat mereka telah dewasa.

Gadis kecil ini tidak hidup pada zaman Sahabat dan juga Tabi’in. Sesungguhnya ia hidup pada zaman modern sekarang ini.

Ini menunjukkan bahwa, kita bisa menciptakan generasi-generasi semisal gadis kecil tersebut dengan izin Allah. Seorang gadis kecil yang bertakwa lagi berani untuk menampakkan kebenaran serta tidak takut akan cemoohan dan ejekan orang-orang, demi membela agama Allah.

Wahai saudariku yang beriman, inilah putrimu. Ia berada di hadapanmu. Berilah ia minum dengan air takwa dan keshalihan.

Perbaikilah lingkungannya dengan cara menjauhkannya dari air yang kotor serta bakteri yang membahayakan.

Hari-hari telah berada di hadapan anda. Perhatikanlah apa yang akan anda perbuat terhadap amanah yang telah dititipkan kepada anda oleh Allah, Tuhan Pemilik langit dan bumi.

Sumber: www.oryza.or.id

APA YANG BISA ANDA PETIK "dari percakapan ini"???

Ada sebuah percakapan antara seorang Pria dgan seorang Kakek kaya raya yg mempunyai 10 orang anak.

Pria: "Maaf Kek, umur kakek sekarang berapa?"
Kakek: "Kakek baru berumur 10 tahun".
Pria: "10 tahun?" (merasa bingung)
Kakek: "Iy, 10 tahun"
Pria: "Kalo anak kakek sekarang ada berapa?"
Kakek: "2"
Pria: "Kakek kan kaya raya, kira2 berapa banyak harta kakek?"
Kakek: "Harta kakek ga lebih dari 10 jta"
Pria: "Saya dengar kakek poligami y? Berapa istri kakek?"
Kakek: "Istri kakek 1".
Pria : (makin bingung) "Maaf Kek, dari setiap pertanyaan saya sepertinya jawaban kakek tdak sesuai dgan kenyataan yg saya lihat. Bisa kakek jelaskan?"

Kakek : "Nak, saat ni umur kakek memang sudah di atas 60 tahun, tapi yg kakek ingat, kakek baru menggunakan 10 tahun terakhir ni untuk beribadah kepada Allah -Subhanahu wa ta'ala-. Jadi, yg benar2 menjadi umur kakek adalah 10 tahun".

Kakek : "Kakek tadi bilang anak kakek hanya 2. Itu benar, karena dari 10 anak kakek yg ada hanya 2 anak yg taat kpda Allah jga kedua orang tuanya. Jadi, hanya mereka ber-2 lah yg bisa memberikan keringanan buat kakek d akhirat kelak atas izin Allah".

Kakek : "Kakek memang kaya, tapi harta kakek sebenarny tdk lebih dari 10 juta. Karena, seingat kakek, harta yg kakek pernah infaqkan atw kakek shadaqahkan belum lebih dari itu. Harta itulah yg sebenarnya kakek miliki".

Kakek: "Kakek memang poligami, tapi kenapa kakek bilang istri kakek hanya 1? Karena dari 4 istri yg kakek miliki, hanya 1 istri saja yg benar2 patuh kepada kakek".

Pria: "Oow jadi maksud kakek seperti itu? Terimakasih kek, banyak pelajaran yg bisa saya ambil dari percakapan dgan kakek tadi. Terima kasih, kek!!!"

TELAH DIBAYAR (LUNAS)

Aktivitas dimulai dengan shalat subuh berjamaah. Kemudian seluruh anggota berjalan keliling komplek. Sampai di rumah sang Ibu bergegas ke dapur menyiapkan makanan untuk sarapan seluruh anggota keluarga. Bosan menunggu, anak sulungnya (10 tahun) menyusul ke dapur. Kemudian si anak membantu apa yang bisa mereka lakukan. Belum sempat mengusap si anak datang dan menyodorkan secarik kertas. Diambilnya kertas putih itu, dan membacanya sepintas.

Upah membantu ibu :

- belanja ke warung Rp. 2.000,-
- menyapu dan mengepel lantai Rp. 5.000,-
- menata meja makan Rp. 2.000,-
- membuat minum untuk ayah Rp. 2.000,-
- membuang sampah Rp. 2.000,-
- membereskan tempat tidur Rp. 5.000,-
- menyiram tanaman Rp. 2.000,-
--------------------------

Total Rp. 20.000,-

Selesai membaca, si ibu tersenyum hangat dan memandang anaknya yang sedang mengikuti gerak geriknya dengan pandangan cemas dan gembira.
”Sini Nak, tolong ambilkan bunda pulpen itu”.
Si anak segera mengambilnya. Si ibu membalikkan kertas dan selanjutnya menulis sesuatu. Lalu disodorkannya ke sang anak dan meminta untuk membaca apa yang ditulis ibunya.

Tertera :
- Upah mengandungmu selama 9 bulan- GRATIS
- Upah menyusuimu selama 2 tahun - GRATIS
- Upah menjagamu di malam hari -GRATIS
- Upah menangis karena sedih saat menungguimu sedang sakit demam – GRATIS
- Upah khawatir waktu menungguimu test IQ saat mau masuk SD – Gratis
- Upah menyediakan makanan sehat dan makanan kesukaanmu – GRATIS
- Upah memenuhi keinginanmu untuk memiliki mainan seperti yang dimiliki teman sebayamu – GRATIS.
Jumlah Keseluruhan dari yang bunda berikan GRATIS karena bunda ikhlas melakukannya.

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Rasa menyesal ditandai dengan deraian air mata yang mengalir di sepanjang pipinya. Kemudian dipeluknya sang ibu.
”Aku minta maaf. Aku sayang sama Bunda”.

Kemudian si anak mengambil pena. Di sudut kertas ditulisnya "TELAH DIBAYAR" .

Mari Menikmati Menjadi Orang Aneh

"Dunia memang aneh", gumam Pak Ustadz

"Apanya yang aneh Pak?" tanya penulis yang fakir ini.

"Tidakkah antum perhatikan disekeliling antum, bahwa dunia menjadi terbolak-balik, tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan, sesuatu yang wajar dan seharusnya dipergunjingkan, sementara perilaku menyimpang dan kurang ajar malah menjadi pemandangan biasa"

"Coba antum rasakan sendiri, nanti Maghrib, antum kemasjid, kenakan pakaian yang paling bagus yang antum miliki, pakai minyak wangi, pakai sorban, lalu antum berjalan kemari, nanti antum ceritakan apa yang antum alami" Kata Pak Ustadz.

Tanpa banyak tanya, penulis melakukan apa yang diperintahkan Pak Ustadz,
menjelang maghrib, penulis bersiap dengan mengenakan pakaian dan wewangian dan berjalan menuju masjid yang berjarak sekitar 800m dari rumah.

Belum setengah perjalanan, penulis berpapasan dengan seorang ibu muda yang sedang jalan-jalan sore sambil menyuapi anaknya"

"Aduh, tumben nih rapih banget, kayak pak ustadz, mau kemana sih ? tanya ibu muda itu.

Sekilas pertanyaan tadi biasa saja, karena memang kami saling kenal, tapi ketika dikaitkan dengan ucapan Pak Ustadz diatas, menjadi sesuatu yang lain rasanya;

"Kenapa orang yang hendak pergi kemasjid dengan pakaian rapih dan memang semestinya seperti itu ditumbenin ?

Kenapa justru orang yang jalan-jalan dan ngasih makan anaknya ditengah jalan, ditengah kumandang adzan maghrib menjadi biasa-biasa saja ?

Kenapa orang ke mesjid dianggap aneh?

Orang yang pergi ke mesjid akan terasa "aneh" ketika orang-orang lain justru tengah asik nonton sinetron "intan".

Orang ke mesjid akan terasa "aneh" ketika melalui kerumunan orang-orang yang sedang ngobrol dipinggir jalan dengan suara lantang seolah meningkahi suara panggilan adzan.

Orang kemasjid terasa "aneh" ketika orang lebih sibuk mencuci motor dan mobilnya yang kotor kehujanan.

Ketika hal itu penulis ceritakan ke Pak Ustadz, beliau hanya tersenyum, "Kamu akan banyak menjumpai "keanehan-keanehan" lain disekitarmu" , kata Pak Ustadz.

"Keanehan-keanehan" disekitar kita ?

Cobalah ketika kita datang kekantor, kita lakukan shalat sunah dhuha, pasti akan nampak "aneh" ditengah orang-orang yang sibuk sarapan, baca koran dan ngobrol.

Cobalah kita shalat dhuhur atau Ashar tepat waktu, akan terasa "aneh", karena masjid masih kosong melompong, akan terasa aneh ditengah-tengah sebuah lingkungan dan teman yang biasa shalat diakhir waktu.

Cobalah berdzikir atau tadabur al qur'an ba'da shalat, akan terasa aneh ditengah-tengah orang yang tidur mendengkur setelah atau sebelum shalat. Dan makin terasa aneh ketika lampu mushola/masjid harus dimatikan agar tidurnya tidak silau dan nyaman.

Orang yang mau shalat malah serasa menumpang ditempat orang tidur, bukan malah sebaliknya, yang tidur itu justru menumpang ditempat shalat.

Aneh bukan ?

Cobalah hari ini shalat jum'at lebih awal, akan terasa aneh, karena mesjid masih kosong, dan baru akan terisi penuh manakala khutbah kedua menjelang selesai.

Cobalah anda kirim artikel atau tulisan yang berisi nasehat, akan terasa aneh ditengah-tengah kiriman e-mail yang berisi humor, plesetan, asal nimbrung, atau sekedar gue, elu, gue, elu dan test..test, test saja.

Cobalah baca artikel atau tulisan yang berisi nasehat atau hadits, atau ayat al qur'an, pasti akan terasa aneh ditengah orang-orang yang membaca artikel-artikel lelucon, lawakan yang tak lucu, berita hot atau lainnya.

Dan masih banyak keanehan-keanehan lainnya, tapi sekali lagi jangan takut menjadi orang "aneh" selama keanehan kita sesuai dengan tuntunan syari'at dan tata nilai serta norma yang benar.

Jangan takut "ditumbenin" ketika kita pergi kemasjid, dengan pakaian rapih, karena itulah yang benar yang sesuai dengan al qur'an (Al A'raf:31)

Jangan takut dikatakan "sok alim" ketika kita lakukan shalat dhuha dikantor,
wong itu yang lebih baik kok, dari sekedar ngobrol ngalor-ngidul gak karuan.

Jangan takut dikatakan "Sok Rajin" ketika kita shalat tepat pada waktunya, karena memang shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya terhadap orang-orang beriman.

Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa*). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Annisaa:103) *

Jangan takut untuk shalat jum'at dishaf terdepan, karena perintahnya pun bersegeralah. ....

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli (1475), yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. (Al Jumu'ah:9)

[1475] Maksudnya: apabila imam Telah naik mimbar dan muazzin Telah azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.

Jangan takut kirim artikel berupa nasehat, hadits atau ayat-ayat al qur'an, karena itu adalah sebagian dari tanggung jawab kita untuk saling menasehati, saling menyeru dalam kebenaran, dan seruan kepada kebenaran adalah sebaik-baik perkataan;

*Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah*, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:

" Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri ?" (Fusshilat:33)

Jangan takut artikel kita tidak dibaca, karena memang demikianlah Allah menciptakan ladang amal bagi kita. Kalau sekali seru, sekali kirim artikel lantas semua orang mengikuti apa yang kita serukan, habis donk ladang amal kita....

Kalau yang kirim e-mail humor saja, gue/elu saja, test-test saja bisa kirim e-mail setiap hari, kenapa kita mesti risih dan harus berpikir ratusan atau bahkan ribuan kali untuk saling memberi nasehat, aneh nggak sih ?
Jangan takut dikatain sok pinter, sok menggurui, sok tahu, lha wong itu yang disuruh kok, "sampaikan dariku walau satu ayat", begitu perintah Nabi.

Jangan takut baca e-mail dari siapapun, selama e-mail itu berisi kebenaran dan bertujuan untuk kebaikan. Kita tidak harus baca e-mail dari orang-orang terkenal, e-mail dari manajer atau dari siapapun kalau isinya sekedar dan ala kadarnya saja,

atau dari e-mail yang isinya asal kirim saja.

Mutiara akan tetap jadi mutiara terlepas dari siapapun pengirimnya. Pun sampah tidak akan pernah menjadi emas, meskipun berasal dari tempat yang mewah sekalipun.

Lakukan "keanehan-keanehan" yang dituntun manhaj dan syari'at yang benar.

Jangan takut mengatakan perkataan yang benar (Al Qur'an & Hadist), meskipun akan terasa aneh ditengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral.

Lagian kenapa kita harus takut disebut "orang aneh" atau "manusia langka" jika memang keanehan-keanehan menurut pandangan mereka justru yang akan menyelematkan kita.

Selamat jadi orang aneh ....

Sumber : Internet

Selasa, 23 Februari 2010

AYAH... AJARI AKU SHALAT

Syaikh Ibn Zhafar al-Maki (dalam bukunya Anba’ Nujuba’ al-abna) berkata, “Abu Yazid Thaifur bin isa al-Basthami r.a. membaca ayat, “Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (Yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu”. (Q.S Al-Muzzammil[73] : 1-3). Ia bertanya pada ayahnya, “Wahai ayahku, kepada siapa Allah perintahkan firman ini? Sang ayah menjawab, “Anakku, perintah ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw.”. Si anak bertanya lagi, “Wahai ayahku, mengapa engkau tidak melakukan seperti yang dilakukan Rasulullah Saw.?” Sang ayah menjawab, “Wahai anakku, qiyamullail dikhususkan dan diwajibkan kepada Rasulullah dan tidak diwajibkan kepada umatnya”. Maka si anak terdiam. Saat ia membaca firman Allah, “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu…”. (Q.S Al-Muzzammil[73] : 20). Ia bertanya pada ayahnya, “Wahai ayahku, sesungguhnya saya pernah mendengar bahwa segolongan umat terdahulu mengerjakan shalat malam. Siapakah golongan yang dimaksud? Sang ayah menjawab, “Anakku, mereka adalah para sahabat”. Si anak tak henti bertanya, “Wahai ayahku, kebaikan apa yang kita peroleh dengan meninggalkan sesuatu yang dikerjakan Nabi dan sahabatnya?” Sang ayah berkata, “Engkau benar wahai anakku”.

Semenjak saat itu, sang ayah mengerjakan shalat malam. Suatu malam, Abu Yazid terjaga dari tidurnya. Ia melihat ayahnya sedang mengerjakan shalat malam, lalu ia berkata, “Wahai ayahku, ajari aku bagaimana cara bersuci supaya aku bisa shalat denganmu!” Sang ayah mencela, “Wahai anakku engkau masih kecil”. Si anak tidak terima, “Wahai ayahku, bila nanti pada hari dimana manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, lalu aku berkata kepada Tuhanku, ‘aku dulu pernah bertanya kepada ayahku bagaimana cara bersuci supaya aku bisa shalat dengannya. Namun kemudian dia menolak menjawab pertanyaanku, malah ia berkata, “Tidurlah, engkau masih kecil!”’ Bila aku mengatakan semua itu di hadapan Allah, maukah ayah seperti ini?”
Sang ayah menolak, “Tidak, sungguh demi Allah wahai anakku, aku tidak menginginkan hal itu”. Lalu sang ayah pun mengajarinya dan si anak itu shalat dengan ayahnya.

Kita pun Segera Meninggalkan Dunia Ini

Suatu ketika, beberapa hari setelah pemakaman nenek, saya berjalan melewati kamar nenek dan melihat pintu kamarnya terbuka lebar. Saya berhenti sejenak, tertegun, dan melayangkan pandangan ke dalam kamar. Semua masih tampak seperti biasa. Semua barang-barang nenek masih berada di tempatnya. Lemari, pakaian, susunan perabot di dalam kamar, serta isinya yang lain, semua masih tampak sama seperti sediakala. Saya lantas merenung. Ternyata seorang manusia yang meninggal dunia itu benar-benar meninggalkan dunia. Meninggalkan semua barang-barang yang pernah dimilikinya semasa hidup di dunia.

Beberapa bulan yang lalu ketika suami saya sedang tidak ada di rumah, di suatu malam menjelang subuh, saya bangun dari tidur dan menemukan puteri kedua saya yang berusia 8 bulan, sudah meninggal dunia. Terpikir oleh saya bahwa malaikat maut telah datang ke rumah saya malam itu tanpa seorang pun yang menyadarinya. Tetapi yang diambil bukan saya atau puteri pertama saya, tetapi puteri kedua saya tersebut. Ia meninggal dalam tidurnya.

Setelah kepergian puteri kedua saya, saya pun membereskan barang-barangnya. Semua masih sama jumlahnya, tidak berkurang sedikit pun juga. Yang berbeda adalah kini puteri saya sudah tidak tinggal lagi di dunia. Ia pergi tanpa membawa apapun kecuali kain kafan. Ia tinggalkan mainan yang kami belikan untuknya. Ia tinggalkan baju-baju cantik pemberian keluarga dan kenalan saya ketika saya belum lama melahirkannya. Ia tinggalkan Papa, Mama, kakaknya. Ia tinggalkan semuanya.

Siapapun kita ini, sesungguhnya selamanya berada di hadapan Allah. Betapapun panjangnya umur kita, namun kita sebenarnya sedang dalam perjalanan menuju-Nya. Sekaya apapun diri kita, sesehat apapun diri kita, sekuat apapun diri kita, pendeknya apapun keadaan diri kita saat ini, suatu saat pasti akan kembali kepada Allah. Di saat itulah kita meninggalkan semua yang pernah sangat kita cintai dan kita jaga di dunia ini.

Lalu jika kita pulang tanpa membawa apa-apa, lantas apa yang akan kita bawa jika kita tidak selalu berusaha untuk mencari keridhaan-Nya?
Wallaahu a'lam bishshawaab.



Oleh : Umu Saffa (hab26250@syd.odn.ne.jp)
Yakumo 3-12-3, Meguro-ku
Tokyo

Sumber : eramuslim

Sabtu, 20 Februari 2010

Kemana Tujuannya...?

Seorang laki-laki tampak tergesa-gesa lalu menaiki sebuah taksi, maka sopir taksi itu pun bertanya kepadanya, "Kemana tujuannya Pak…?"
Orang itu menjawab, "Apabila aku tidak mengabarkan kepada istriku tentang tujuan kepergianku, apa aku harus mengabarkan tujuanku kepadamu…?"

Seluruh Peninggalannya untuk Panti Asuhan

Seseorang bercerita kepada temannya, "Orang yang meninggal tadi malam sungguh sangat dermawan sekali".
Temannya bertanya, "Siapa yang berkata demikian?"
Orang yang pertama menjawab, "Betul.. betul.. betul.. sungguh ia telah meninggalkan seluruh peninggalannya untuk Panti Asuhan".
Temannya pun bertanya lagi, "Mulia sekali…!!! Apa yang ia tinggalkan ?"
Orang pertama menjawab, "8 anak dan Ibu mereka".

Siapa yang Punya Hutang ?

Laki – laki : "Bisa saya pinjam uangmu 10 Real ?"
Teman : "Saya hanya punya 5 Real"
Laki – laki : "Kalau begitu tidak apa – apa, beri saya 5 Real, jadi kamu masih punya hutang sama saya 5 Real !!!"

Luka dan Jam Tangan

Sebongkah batu besar jatuh terkena tangan seorang yang sangat bakhil, dan terlukalah tangannya. Luka itu cukup serius, tapi dia malah berkata, “Alhamdulillah saya lupa bawa jam tangan di rumah !”

Ayam Hitam Lebih Cerdas

Seorang anak berkata kepada temannya, “Saya telah meneliti bahwa ayam hitam lebih cerdas daripada ayam putih!”
Temannya bertanya, “Bagaimana kamu tahu?”
Dia menjawab “Ayam hitam bisa bertelur telur yang warnanya putih, sedangkan ayam putih tidak bisa bertelur telur yang warnanya hitam!”

Terbalik

Ada seorang buta huruf memegang sebuah koran harian dengan terbalik. Maka temannya bertanya, "Ada kabar apa di koran hari ini?" Diapun menjawab, "Seluruh dunia terbalik!!!"

Lupa Minta Uang

Seorang putri mengabarkan kepada ibunya, "Mama, tadi saya lihat ayah keluar dari rumah sambil tertawa!" Si Mama langsung berkata, "Oh, mama lupa minta uang kepadanya hari ini".

Keutamaan Akhlaq

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik”. (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadush Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq)

Istighfar

'Aisyah Radhiallahu 'anha berkata, "Beruntunglah bagi orang yang buku catatan amalnya banyak diisi dengan istighfar".
Al-Hasan Al-Bashri pernah berpesan, "Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di jalan, di pasar dan dalam majelis-majelis kalian dan dimana saja kalian berada. Karena kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan".

Ilmu dan Amal

Ibrahim Al-Hamadhi berkata:

Tidaklah dikatakan seorang itu berilmu, sekalipun orang itu banyak ilmunya. Adapun yang dikatakan Allah orang itu berilmu adalah orang-orang yang mengikuti ilmu dan mengamalkanya, dan menetap dalam perkara As-Sunnah, sekalipun jumlah ilmu-ilmu dari orang-orang tersebut hanya sedikit". (Syeikh Abu Ishaq As –Syatibi, Menuju jalan Lurus)

Menyegerakan Bertaubat

"Seluruh bani Adam banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat". (HR. at-Tirmidzi)

Terhalangnya Rezeki

"Sesungguhnya seorang hamba terhalang dari rezeki dengan sebab dosa yang dia kerjakan". (HR. Ahmad & Ibnu Majah)

Di antara Syukur dan Sabar

"Sungguh mengherankan perkaranya orang mukmin, karena setiap perkaranya akan baik baginya, apabila dia mendapatkan kenikmatan maka dia bersyukur dan itu baik bagi dia, dan apabila ia mendapatkan musibah maka ia bersabar maka itupun baik bagi dia". (HR. Bukhari)

yang Mulia yang Bertaqwa

"Wahai manusia, Tuhan kalian satu, dan bapak kalian satu, kalian berasal dari Adam, dan Adam dari tanah. Sesungguh-nya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Tidak ada keutamaan bangsa Arab atas bangsa lain, tidak pula bagi bangsa lain atas bangsa Arab, tidak ada keutamaan bagi kulit merah atas kulit putih dan bagi kulit putih atas kulit merah, melainkan dengan takwanya". (HR. Ahmad)

Di antara Etika Mendengarkan Ilmu

Abu Sulaiman ad-Darani berkata, “Sungguh, terkadang ada seseorang yang menyampaikan hadits kepadaku padahal aku lebih tahu tentang hadits tersebut daripada dia. Akan tetapi, aku tetap mendengarkannya dengan sungguh-sungguh, seolah-olah aku belum pernah mendengarnya”.

in memory




Kondisi saat nie aktivitas d masjid yg kami cintai ini sangat jauh dari apa yg kita harapkan. Dari jumlah anak" yg masih mau belajar mengaji sangat amat sedikit d bandingkan dgan masa d foto nie dan jga masa sebelumnya. Pengajarnya pun tinggal 1 atw 2 orang saja.

Ya Allah... sangat sedih hati ini melihat kondisi seperti ini. Ya Allah... berikanlah kepada kami kekuatan untuk dapat merubah keadaaan ini menjadi lebih baik.

Amiiin...!!!

KALIMAH ALLAH TA'ALA

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template